Selasa, 10 Juli 2012

Kita dan Idealisme Saya&Kamu

Masing-masing kita punya idealisme.

Idealisme saya melarang saya untuk tidak peduli pada kemajuan Indonesia.
dan kamu hadir membawa dan menjadi bagian dari idealisme yang sama.

Idealisme ini juga yang awalnya membuat saya jadi kagum sama kamu.

Mengapa?
Karena saya semula berpikir kalau kita sama.
Saya melihat diri/sosok yang saya inginkan ada dalam diri kamu.
Kamu dengan lantangnya dan berani menyudutkan tokoh-tokoh politik di depan layar kaca. Disaksikan beribu rakyat Indonesia. Menyentil para politisi nakal.
Dan, ya, saya kagum. Bahkan kamu masih menyuarakan kecintaan kamu terhadap Indonesia dalam hampir setiap karya kamu.

Bahwa sesungguhnya bisa mengenal seseorang yang kamu kagumi secara personal adalah hal yang patut disyukuri. Bisa mengenal, berkomunikasi langsung, bukan lagi melalui twitter. Tapi dari sisi insaninya.

Dan akan berubah menjadi muak ketika kamu tahu bahwa di balik semua image
"Pintar, Idealis, Kritis, dan Anak Tuhan"
ada sosok
"Keras kepala, *****, dan egois"
yang ternyata merupakan karakter aslinya.

Bukan salah kamu kalau akhirnya saya menjadi kecewa.
Semua orang memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang ia mau.
Kamu adalah tuan atas diri kamu. Seperti saya juga tuan atas diri saya.
Mungkin saya juga egois. Mungkin saya juga keras kepala, terlebih egois.
Saya hanya mengenal sebagian kamu, tapi saya sudah berani memberikan penilaian atas hidup dan karakter kamu.

Tapi, saya juga mau masih ada sebagian kamu yang tersisa indahnya.
Jadi, sudah cukup.
Pemahaman kita tentang "aman", "penakut", dan "jujur" tidak sejalan.
dan layaknya menaiki kendaraan bersama, kalau udah ga sejalan, ya udah,
saya memilih turun, dan mencari kendaraan lain yang masih searah sama saya.

So, like what I've said before,
"Sometimes, jadi fans aja cukup. Ga perlu tau dia gimana. Jadi biar selalu indah di hati dan mata"


@Stef_Bi

Senin, 09 Juli 2012

Kembali Menulis

Kembali menulis blog mungkin tepatnya..

selama ini saya masih tetap menulis, di notes iPod, di notes BB, di buku diary (yeah, gue masih menulis di buku khusus yg gue namakan diary), dan di twitter. Ha!

Belakangan ini niat menulis lagi kembali meningkat, kebetulan ada waktu luang, mari menuangkan pemikiran-pemikiran absurd gue.

Kali ini tentang puisi atau apresiasi karya sastra yang merupakan salah satu bagian dari pelajaran bahasa Indonesia. Gue baru saja berhubungan kembali dengan guru Bahasa Indonesia SMA gue, Ibu Lusi yang cantik nan bijaksana. One of my favorite teacher! :) Dengan absurdnya di email gue menyampaikan harapan gue:

"Jangan pernah hilangkan mata pelajaran puisi atau apresiasi karya sastra lainnya di sekolah,Bu. karena beberapa sekolah di Jakarta saya dengar sudah tidak lagi mengadakan apresiasi terhadap puisi.

sayang sekali Bu.. puisi itu layaknya pelembut jiwa. ketika berpuisi kan sebenarnya kita mengasah otak untuk membuat kata-kata yang mewakili hati dan pikiran. ketika kita mau puisi kita didengar indah, maka kita juga akan mengasah kemampuan berbahasa yang halus dan indah juga.. sangat disayangkan dan tidak terbayang kalau puisi dihilangkan dari pelajaran sekolah... :'("

tsaaaahhhhh......
gaya banget lo, Bi! Berasa anak sastra, hmm?
well, you can call me creepy, silly, "lebay", or anything else. that's your right.

tapi coba deh pikirin lagi..
gue melihat tata bahasa kita saat ini udah kehilangan keindahan.
anak-anak SMA jaman sekarang merasa aneh mendengar puisi..
Mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa gaul nan galau juga aL4y...

Saya merindukan musisi dengan lirik-lirik lagu nan indah, seperti lirik dalam lagu Padi, Sheila on 7...
indah dibaca, nikmat didengar....
Tidak berarti kata-kata dalam lirik lagu hiphop atau rap tidak indah..
mereka indah, tapi saya merindukan keindahan lirik lagu bertata bahasa Indonesia yang penuh romantisme..


"Ada tutur kata terucap,
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku,
Kepedihanku pun... terhapuskan"
-Padi- Mahadewi